Kamis, 17 November 2011

BERBURU ILMU SAMPAI KE NEGERI CINA

APA kabar perkembangan bisnis ulat sutera yang memiliki nama ilmiah Bombyx Mori atau ulat sutra pohon murbei yang akan dikembangkan di Kecamatan Rasau Jaya dan Sungai Raya setelah MOU dengan investor China berbendera Wintus Industri di depan Menteri Kehutanan RI di Jakarta beberapa waktu lalu. ”Sudah berjalan semuanya. Sekarang kami sedang dalam tahapan finalisasi proses. Pertahapan sudah berjalan dan dilakukan,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan dan Energi (Dishutbuntamben) Kubu Raya, Mulyadi.

Menurut dia saat ini tahapan adalah pelatihan penyuluh kehutanan, pertanian dan petugas instansi terkait termasuk pelatihan tenaga pendamping program sutera. Pelatihan tersebut sudah digelar beberapa hari di Kota Pontianak. ”Ini untuk menentukan posisi terbaik kita dalam mengelola bisnis ulat sutera ini,” ujarnya.Untuk saat ini, katanya, China sangat mensuport dan mendukung transfer teknologi bagaimana memelihara ulat sutera dan menyiapkan bibit unggulnya. Apalagi untuk urusan lahan yang akan ditempatkan di Kecamatan Rasau Jaya dan Sungai Raya juga tidak ada persoalan. “Program kita sendiri sudah menyiapkan 200 hektar lahan untuk tanaman murbey saja. Ini bisa dalam bentuk tanaman pagar, perkarangan atau celah pohon sawit,” kata dia.

Lahan ratusan hektar selain untuk tanaman, juga dapat disiapkan sebagai bahan makanan ulat. Bahkan program pembangunan ulat sutera sudah akan dimulai pada bulan depan. “Tim kita sudah turun beberapa waktu lalu. Anggarannya juga dibackup dari Menteri Kehutanan,”terang dia.Kementerian Kehutanan, lanjutnya, menyiapkan dana sampai Rp3 miliar. Pendanaan tersebut dipergunakan untuk pelatihan, pembibitan, penanaman dan pembangunan rumah ulat. Kemungkinan tahun 2012 dibackup lagi dari Menakertrans. Sebab, program ini akan disejajarkan dengan program transmigrasi sutera yang mendapat sambutan baik dari masyarakat Kubu Raya.

Sebelumnya, Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan SH mengatakan sudah melakukan MoU dengan investor China berbendera Wintus Industri. Penandatanganan MoU sendiri, dilakukan depan Menteri Kehutanan RI di Jakarta, beberapa bulan lalu.Muda juga sangat merespons dan menangkap peluang MoU ulat sutra dari daerah Chingkong, RRC berlabel Wintus Industri. Kendati Pemkab Kubu Raya masih belum familiar dengan bisnis ulat sutra. Namun dirinya yakin, bisnis ini akan berhasil beranjak dari keberhasilan Wintus Industri.

“Kalau di Indonesia sejarahnya berasal dari Sulawesi termasuk beberapa kabupaten di dalamnya. Boleh dibilang untuk di Kalbar masih baru dan tabu sekali akan pengetahuan ulat sutra,” ucapnya.Muda menuturkan, produksi ulat sutra ke negara luar kurang sekali. Makanya investor Cina datang melakukan survei, melihat langsung melakukan uji coba. Peluang ulat sutra berkembang sangat besar, mengingat ketersediaan lahan uji coba sudah ada tidak terlalu besar. Ke depannya karena membutuhkan lahan tidak kecil dan akan melibatkan lahan-lahan rumah tangga warga.“Ulat sutra makan daun murbei, karena makannya rakus, ke depannya akan menjadi kokon kemudian benang, bahkan benang sutra bisa sepanjang 1.000 meter. Sementara di Sulawesi baru 200 meter panjangnya,” ujarnya.(##)
http://www.pontianakpost.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar