Selasa, 27 September 2011

PERMASALAHAN BBM HARUS KITA TANGANI BERSAMA

SINTANG – Kawasan timur Kalbar, terutama Sintang dan sekitarnya adalah daerah rawan terjadinya sengkarut distribusi BBM. Apalagi secara geografis daerah ini memang berada pada kawasan yang jauh dari pusat distribusi. “Setidaknya ada 5 persoalan mendasar yang menyebabkan terus berulangnya masalah distribusi BBM di Sintang dan sekitarnya,” ujar pemerhati sosial Sintang, Victor Emanuel, Senin (26/9).

Dikatakannya hal yang pertama adalah pertambahan jumlah penduduk dan mobilitas ekonomi yang memicu meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. “Pertumbuhan ekonomi yang mendorong tingginya peningkatan jumlah kendaraan bermotor, sayangnya tidak diikuti dengan penambahan kuota BBM untuk kawasan ini,” tuturnya.

Ditambahkannya, disparitas (selisih-red) harga yang relatif jauh, antara BBM subsidi dan non subsidi (BBM industri-red) juga menjadi penyebab kerap timbulnya aksi spekulan BBM. “Oleh karena selisih tersebut menarik minat para spekulan untuk melakukan penimbunan dan penjualan BBM subsidi dengan harga industri,” timpal humas DAD ini.

Ia juga menilai kalau minimnya infrastruktur yang dimiliki Pertamina terutama armada angkutnya juga kerap menimbulkan masalah dalam distribusi BBM, khususnya kekawasan perhuluan. “Sehingga inisiatif distribusi sering dilakukan para spekulan , dengan konsekwensi harga yang kerap jauh lebih mahal ketimbang harga subsidi,” tukasnya.Selain itu dilanjutkannya, masalah cuaca, topografi dan geografis daerah kerap menyebabkan tersendatnya pasokan BBM ke kawasan timur Kalbar.

“Masalah cuaca yang berpengaruh pada debet air sungai sebagai jalur angkut utama juga kerap mengganggu kapal tangki BBM jadi terlambat membawa pasokan ke depot, sehingga dari depot juga lambat disuplai ke daerah pedalaman,” ungkapnya.Masalah terakhir yang tak kalah penting menurutnya adalah faktor lemahnya pengawasan dari para pihak berwenang. Tak hanya lemah, menurutnya pengawasan juga seting dilakukan tidak berkelanjutan. “Sehingga penertiban distribusi juga kerap insidental dan reaksioner. Sehinga makin sulit untuk mengatasi berbagai sengkarut distribusi yang ada.”pungkasnya.
http://www.pontianakpost.com/

1 komentar: